Penanaman kelapa sawit dimulai sekitar tahun
1996 yaitu oleh petani bernama Pak Ktut. Dulunya banyak masyarakat adalah
perantauan yang memulai usahatani palawija sebelum menanam kelapa sawit. Mulai
tanam kelapa sawit rata-rata petani sejak tahun 2006. Petani menanam kelapa
sawit kebanyakan karena merasa pengelolaan kelapa sawit yang tidak sulit dan
tidak harus setiap hari kerja, karena hanya untuk pemupukan dilakukan setahun 2
kali, dan panen 2 minggu sekali. Rata-rata saat ini petani kelapa sawit di daerah
ini adalah petani mandiri, ada yang
kebun kemitraan tetapi di Kec. Bahuga. Rata-rata kepemilikan lahan sawit mandiri
2-3 ha. Dari total petani, petani kelapa sawit cenderung mendominasi, sekitar
80% petani sawit mandiri, tetapi banyak juga yang tanam kayu, karet, kakao,
maupun buruh.
Modal yang dibutuhkan petani mandiri untuk tanam sawit 1 ha
sekitar Rp 30 juta. Petani pemilik lahan sendiri lebih sering mengupah buruh
tani untuk mengelola kebun kelapa sawitnya, seperti pemupukan dan panen. Upah
buruh pemupukan Rp 70 ribu/HKO. Pemupukan dilakukan kurang intensif, kadang 6
bulan sekali, kadang setahun sekali, tergantung kondisi keuangan pemilik kebun.
Pupuk diperoleh dengan beli sendiri, atau dari agen, begitu juga obat
perawatannya. Ada juga petani yang meminjam modal pemupukan dari agen
(pupuk/uang). Pengembalian modal menyicicil dari hasil panen. Panen dilakukan
15 hari sekali dengan bobot rata-rata 1-2ton/ha. Upah 1 buruh panen Rp 15 ribu/kwintal.
Panen dilakukan per hektare bisa dalam 1 hari dengan 2 orang buruh panen. Panen
dijual ke agen dengan sistem pengangkutan dari kebun ke lapak agen meggunakan
mobil/truk kemudian ke lapak supplier lalu ke pabrik dengan biaya angkut
ditanggung oleh masing-masing agen. Harga saat ini yang diterima petani sebesar
Rp 1.100/kg TBS. Harga terendah yang pernah diterima petani Rp 250/kg TBS dan
harga tertinggi yang pernah diterima petani Rp 1.700/kg TBS.
Sumbangan sawit terhadap pendapatan
petani sekitar 70%, artinya sawit menjadi sumber pendapatan penting bagi
petani. Pendapatan lain petani juga berasal didapat dari dagang, buruh, ataupun
usaha lainnya untuk mencukupi keperluan keluarga. Menurut petani untuk dapat
hidup layak (cukup) hanya dengan kelapa sawit, petani harus memiliki lahan
minimal 5 ha. Serapan tenaga kerja kebun kelapa sawit cenderung rendah, dengan
TKDK 1 atau 2 orang, TKLK 2 sampai 3 orang untuk 1 hektare kebun kelapa sawit.
Sehingga petani kelapa sawit mandiri pasti bekerja selain pada kelapa sawit
seperti dagang, buruh, dll.
Terdapat kelompok tani namun tidak khusus hanya
untuk kelapa sawit mandiri, koperasi yang ada pun tidak berperan banyak dalam
pengusahaan kelapa sawit mandiri. Masih banyak kendala yang dihadapi petani
kelapa sawit terlebih dalam manajemen usahatani yang buruk, selain itu
kesulitan air ketika kemarau melanda, kualitas bibit kelapa sawit rendah,
ketersediaan pupuk saat akhir tahun sulit, dan tidak stabilnya harga kelapa
sawit apalagi harga yang diterima petani cenderung masih rendah.
loading...
0 Komentar untuk "Pengelolaan kelapa sawit Indonesia perkebunan rakyat dan mitra di kabupaten Way Kanan, Kec. Rebang Tangkas provinsi lampung"