Tubbs dan Moss (1996) menjelaskan bahwa peningkatan
komunikasi antarbudaya telah berlangsung dengan berkembangnya jaringan
penerbangan dan jaringan komunikasi elektronik.
mereka menambahkan penerbangkan yang dulu merupakan hak istimewa
segelintir orang kini dilakukan berjuta-juta manusia. Masyarakat berlibur ke luar negeri. Siswa melakukan petukaran pelajar ke luar
negeri, anggota komunitas ilmiah menghadiir konferensi internasional, dan
wisatawan asing terlihat di kota-kota besar Amerika.
Selain itu juga penggunaan telepon, radio, surat
kabar, buku, alat tanpa kabel, dan televisi sebagai suatu keniscayaan. Sekarang tekonologi satelit mampu membawa
peristiwa-peristiw politik ke rumah-rumah kita, apakah itu peliputan terang
teluk oleh CNN atau penggambaran orang-orang Bosnia yang menderita. Perluasan jaringan komunikasi elektronik ini
kerap menghubungkan orang-orang di seluruh dunia. Dan kita tahu, teknologi komputer, surat
elektronik, telekonferensi, dan faks, hanya awal dari semua ini.
B.
Kendala
Komunikasi Antarbudaya
Meskipun teknologi masa kini telah memungkinkan kita
berhubungan dengan hampir semua orang di seluruh dunia, kapasitas teknis untuk
mengirim dan menerima informasi tidak dengan sendirinya membuat orang-orang
yang berbeda budaya dapat berkomunikasi dengan efektif. Tubbs dan Moss (1996) memaparkan bahwa perkembangan-perkembangan
teknologi komunikasi yag drmatik telah melampaui kemampuan manusia untuk
berkomunikasi efektif dengan orang-orang yang punya bahasa berbeda, kepercayaan
dan nilai berbeda, dan pengharapanberbeda akan hubungan manusia. Interaksi antara orang-orang berbeda budaya
telah menimbulkan lebih banyak salah pengertian daripada pengertian.
Chaney dan Martin (dalam Sanjaya 2013) mengungkapkan
bahwa hambatan komunikasi atau
communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk
terjadinya komunikasi yang efektif. Perbedaan
budaya sendiri merupakan salah satu faktor penghambat dalam komunikasi antar
budaya, karenanya hambatan tersebut juga sering disebut sebagai hambatan
komunikasi antar budaya, sebagai hambatan dalam proses komunikasi yang terjadi
karena adanya perbedaan budaya antara komunikator dan komunikan. Adapun faktor hambatan komunikasi antar
budaya yang sering terjadi antara lain: fisik, budaya, persepsi, motivasi,
pengalaman, emosi, bahasa (verbal), nonverbal, kompetisi.
C.
Komunikasi
Antarbudaya Dalam Konteks Bisnis
Samovar, Porter, dan McDaniel dalam bukunya yang
berjudul Komunikasi Lintas Budaya menyebutkan bahwa dalam ruang lingkup bisnis
internasional, banyak perusahaan yang menggambarkan bangkitnya perusahaan
multinasional dan meningkatnya integrasi bisnis internasional. Seperti yang dinyatakan okeh Hanvanich dan
rekannya, "Tekanan untuk membangun dan mempertahankan manfaat persaingan
global telah mengubah cara perusahaan dalam bisnis". Thomas menggarisbawahi padangan yang sama
dalam tulisannya, "Hampir semua bisnis yang ada sekaranv merupakan bisnis
global", Koehler menegaskan hal ini dalam tulisannya, "Dengan
populasi dunia dan kekuatan daya beli berada di luar Amerika Serikat, bisnis
Amerika, terutama perusahaan-perusahaan kecil-menengah, harus berpartisipasi
secara penuh dalam pasar tenaga kerja global untuk memastikan pertumbuhan
ekonomi dan kemakmuran abad ke-21.
Lebih lanjut, Samovar dan rekannya menjelaskan bahwa
pemahaman mengenai bagaimana berbisnis dalam perilaku yang mengakomodasikan
peraturan budaya yang berbeda. Dalam
pasar yang baru ini, pengetahuan mengenai perbedaan budaya, kerja tim lintas
budaya, dan kolaborasi multikultural merupakan hal yang penting bagi sukseznya
suatu organisasi. Jelaslah bahwa
globalisasi memengaruhi seseorang dari satu budaya tidak hanya dengan, namun
juga dengan, orang dari budaya lain. Seperti
yang dinyatakan oleh Harris dan Moran, situasi ini kadang terbukti sulit,
karena banyak masalah dapat timbul ketika seseorang bekerja atau tinggal dalam
lingkungan yang asing. Komunikasi lintas
budaya merupakan hal yang sulit. Perbedaan
kebiasaa , perilaku, dan nilai menghasilkan masalah yang hanya dapat diatasi
melalyi komunikasi dan interaksi lintas budaya yang aktif.
D. Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Antarbudaya
Menurut Samovar dkk
(2010), mengenal diri anda sendiri dzn prasangka anda miliki merupakan elemen
yang penting dalam menjadi komunikator komunikasi yang kompeten. Penulis novelis James Bladwin mengatakan bal
ini engan baik dalam tulisannya, "Pertanyaan yang ditanyakan seseorang,
pada akhirnya, mulai menjelaskan dunia ini dan menjadi kunci seseorang untuk
mempelajari yang lainnya. "Kami
percaya bahwa supaya anda dapat mereflesikan diri dan mengetahui dari manw anda
datang ketika anda memasuki intrraksi antarbudaya, anda harus belajar untuk (1)
mengetahui budaya anda (2) mengetahui persepsi anda, (3) mengetahui bagaimana
anda melaksanakan persepsi tersebut, dan (4) memonitor diri andw sendiri.
1)
Mengetahui Budaya Diri
Kim (dalam Larry, dkk
2010) mengatakan setiap kita merupakan produk dari latar belakang budaya. Termasuk gender, etnis, keluarga, usia,
agama, profesi, dan pengalaman hidup lainnya.
Inventaris budaya membeikan kita wawasan yang berharga untuk memahami
kepercayaan dan perilaku kita, nilai kita dan asumsi. Jadi, merupakan hal yang penting jika kita
merefleksikan berbagai aspek identitas budaya kita sendiri dan mengamati
pengatuh positif dan negatif dalam perkembangan pribadi dan profesional kita.
2)
Mengetahui Persepsi
Anda
Larry, dkk (2010) menyebutkan bahwa tidak hanya
perlu mengetahui nilai, perilaku, dan persepsi budaya anda, namun anda juga
perlu menyadari sistem kepercayaan anda sendiri. Larry dan rekan menyarankan untuk
mengidentifikasi perilaku pribadi, stereotip, prasangka, dan pendapat yang anda
miliki yang menjadi prasangka mengenai dunia ini. Jika anda memiliki tindakan tertentu terhadap
kaum gay, dan seorang laki-laki gay berbicara pada anda, perilaku komunikasi
anda akan mempengarhi respons anda terhadap apa yang dikatakannya. Mengetahui apa yang anda sukai, tidak sukai,
dan tingkat etnosentrisme pribadi anda memungkinkan anda menempatkannya secara
terbuka, sehingga anda dapat mendeteksi cara perilaku ini memengatahui
komunikasi.
3)
Memahami Gaya
Komunikasi Anda
Lebih lanjut Larry dan rekan menyebutkan bahwa
langkah ketiga dalam mengenal diri anda sendiri lebih rumit daripada sekadar
mengidentifikasi prasangka dan kecenderungan anda; termasuk mengungkap gambaran
yang anda nyatakan pada seluruh dunia. Tanyakan
diri anda snediri, “bagaimanakah saya
berkomunikasi, dan bagaimanakah orang lain melihat saya?” Jika anda memandang
diri anda sendiri dalam suatu cara, dan orang lain yang berinteraksi dengan
anda memandang anda dengan cara yang lain, masalah serius dapat muncul. Misalnya, anda melihat diri anda sendiri
sebagai orang yang sabar dan tenang, namun anda terlihat terburu-buru dan
gelisah, anda akan memiliki kesulitan untuk memahami mengapa orang memberikan
suatu respons.
Barnlund (dalam Larry, dkk 2010) memberikan
interpretasi lain mengenai apa yang termasuk dalam gaya komunikasi pribadi anda. Gaya komunikasi berarti topik yang lebih suka
dibahas orang, bentuk interaksi yang mereka sukai-ritual, jawaban yang tepat,
membuka masalah pribadi dan dalamnya keterlibatan yang mereka butuhkan. Hal ini termasuk hal-hal yang dipercayai oleh
komunikan-ovkal, verbal, dan fisik-untuk mengungkapkan informasi dan sejauh
mana hal tersebut menyatakan arti yaitu fakta dan isi emosional suatu pesan.
4)
Memonitor Diri Anda
Sendiri
Larry dkk menyimpulkan bagian mengenai kesadara diri
ini dengan mengingatkan anda sekali lagi ahwa ada perbedaan besar antara
mewaspadai diri dan melibatkan diri. Seluruh
proses dalam menjadi partisipan dan peneliti pada saat yang sama bukanlah tugas
yang mudah; melibatkan keseimbangan du peran.
Seperti yang dituliskan oleh Morreale, Spitzberg, dan Barge, “Kunci
dalam memonitor diri adalah dengan menyeimbangkan perhatian anda terhadap
lingkungan dan moticasi anda sendiri, pengetahuan, dan kemampuan.
Dari teori yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa
untuk mengetahui diri anda kompeten dalam interaksi antarbudaya, anda harus
mengetahui budaya anda snedii, persepsi anda sendiri dan bagaimana anda
melakukan persepsi tersebut. Selanjutnya,
anda harus melakukan monitoring terhadap diri anda sendiri selama interaksi
berlangsung.
loading...
DAFTAR PUSTAKA
Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Graha Ilmu. Yogyakarta.
DeVito, Joseph A. 1996. Human Communication. Professional Books.
Jakarta.
Samovar, Larry A., Porter,
Richard E., McDaniel, Edwin R. 2010. Komunikasi
Lintas Budaya. Salemba Humanika. Jakarta.
Pakpahan, Friska Berliana. 2013. Fungsi
Komunikasi Antar Budaya dalam Prosesi Pernikahan Adat Batak di Kota Samarinda.
E-journal Fisip Universitas Mulawarman. Samarinda.
Sanjaya,
Alvin. 2013. Hambatan Komunikasi Antar
Budaya Antara Staff Marketing dengan Penghuni Berkewarganegaraan Australia dan
Korea Selatan di Apartemen X Surabaya Vol. 1 No. 3. Digital Library
Universitas Kristen Petra Surabaya. Surabaya.
Sendjaja, Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka
Jakarta. Jakarta.
Tubbs, Stewart L., Moss, Sylvia. 1996. Human Communication. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Tag :
komunikasi bisnis
0 Komentar untuk "Komunikasi Lintas Budaya Dalam Konteks Bisnis"