A. Latar Belakang
Tanaman tebu (Saccharum officinarum) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta penambahan atau penghematan devisa, tetapi juga langsung terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan penyediaan lapangan kerja. Bagian lain dari tanaman seperti daunnya dapat pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk hijau atau kompos. Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri untuk bahan bakar selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuat kertas sebagai campuran pembuat kertas. Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Di pedesaan dadhok sering dipakai sebagai bahan bakar untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas.
Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit listrik Pada saat masa panen akan terjadi peningkatan jumlah dadhok dan dapat dianggap sebagai sampah yang biasanya dihilangkan dengan cara dibakar. Di beberapa wilayah, pembakaran areal tanaman tebu tidak diijinkan karena asap dan senyawa-senyawa karbon yang dilepaskan dapat membahayakan penduduk setempat. Meskipun CO2 yang dilepaskan sebenarnya memiliki proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang ditangkap oleh tanaman untuk digunakan pada proses fotosintesis.Volume dadhok dapat juga meningkat pada masa perempalan atau pelepasan daun.
loading...
loading...
B. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan ini antaraa lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah dan gambaran umum mengenai PT Gunung Madu Plantation.
2. Untuk mengetahui komoditas yang diusahakan dan perlakuan yang diberikan terhadap komoditas yang diusahakan.
3. Untuk mengetahui kriteria pemanenan yang diterapkan di PT Gunung Madu Plantation.
II.
TINJUAN PUSTAKA
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah.
Klasifikasi ilmiah dari tebu yaitu :
a. Divisio : Spermatophyte
b. Class : Angiospermae
c. Sub Class : Monocotyledoneae
d. Ordo : Poales
e. Famili : Poaceae
f. Genus : Saccharum
g. Species : Saccharum Offcinarum L.
Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Tanaman pemanis ini sudah dikenal jauh sebelum masehi. Akan tetapi keterampilan dalam mengolah tebu di Jawa dikabarkan baru dikuasai sekitar abad ke-15, dan itu dipelajari dari para imigran Cina yang mungkin awalnya belajar dari India. Dengan masa tanaman tebu yang optimal, rendemen bisa meningkat 15%. Yang dimaksud dengan rendemen tebu adalah kadar gula dalam batang tebu yang dinyatakan dalam persen (Supriyadi, 1992).
Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat mencapai 3—5 meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih dan keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang masih muda. Ruas-ruas batang
dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk daun. Pada ketiak daun terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut “mata tunas”. Bentuk ruas batang dan warna batang tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri dalam pengenalan varietas tebu (Wijayanti, 2008). Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa tanaman tebu berasal dari India, berdasarkan catatan-catatan kuno dari negeri tersebut. Bala tentara Alexander the Great mencatat adanya tanaman di negeri itu ketika mencapai India pada tahun 325 SM (Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005)
Syarat Tumbuh
Daerah yang baik untuk penanaman tebu adalah di daerah yang termasu dataran rendah yang kering. Iklim panas yang lembab dengan suhu antara 25ºC-28ºC. Memiliki curah hujan yang kurang dari 100 mm/tahun. Tanah tidak terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl. Agar tanaman tebu mengandung kadar gula yang tinggi, harus diperhatikan musim tanamnya. Pada waktu masih muda tanaman tebu memerlukan banyak air dan ketika mulai tua memerlukan musim kemarau yang panjang. Daerah penghasil tebu terutama di Jawa, Sumatera Selatan, Sumateran Barat, Lampung dan Nusa Tenggara.
Media tanam
Media tanam untuk pembibitan yang terpenting bahwa media tanam tersebut memiliki sifat porous dan memiliki kesuburan tinggi. Tanah yang digunakan untuk mengisi polibag adalah tanah dengan bebas dari akar-akaan, batu-batuan dan benda lain. Tanah yang dianjurkan adalah mengandung cukup bahan organic berpasir 20-30% dan berliat (Pramana, 2010).
Biji-biji yang telah diseleksi berdasarkan kemurnian klon dan daya kecambah seperti telah diuraikan, harus segera dikecambahkan. Ada dua tempat untuk pengecambahan berdasarkan jumlah biji karetnya. Jika jumlah biji karetnya sedikit, pengecambahan bisa menggunakan peti kayu dan jika biji karetnya banyak pengecambahan dilakukan di atas lahan. Lahan yang akan digunakan sebagai tempat untuk mengecambahkan benih harus benar-benar diperhatikan dan telah memenuhi kriteria tertentu (Setiawan dan Andoko, 2009)
III. KEADAAN UMUM LOKASI
A. Sejarah dan Gambaran Umum PT Gunung Madu Plantation
1. Sejarah PT Gunung Madu Plantation
Sebelum perang dunia II
Indonesia (Jawa) merupakan salah satu penghasil gula terbesar di dunia sekaligus sebagai pengekspor gula terbesar kedua setelah Kuba. Puncak produksi dicapai pada tahun 1931, dengan produksi sebesar 3 juta ton, sekitar 2 juta ton diantaranya diekspor. Tingkat produktivitas mencapai 14,8 ton gula per hektare, dari produktivitas tebu sebesar 130 ton per hektare. Kemajuan yang mengesankan itu dicapai, antara lain karena adanya teknologi yang efektif dan adanya peraturan dan undang-undang kolonial yang sangat mengeksploitasi petani tebu.
Setelah Perang Dunia II
Akibat perang dunia II, pabrik-pabrik gula banyak yang mengalami kerusakan dan banyak yang tidak dapat dioperasikan kembali. Pertanian tebu juga terlantar. Produktivitas dan produksi gula terus merosot. Produktivitas tebu turun sekitar 80-90 ton tebu per hektare. Industri gula masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, dan tanaman tebu masih diusahakan di atas tanah-tanah sawah petani yang disewa oeh 56 pabrik gula. Indonesia menjadi negara pengimpor gula sejak tahun 1967 karena produksi gula di dalam negeri tida dapat memenuhi konsumsi yang terus meningkat.
PT Gunung Madu Plantations (GMP), yang didirikan pada tahun 1975, merupakan pelopor usaha perkebunan dan pabrik gula di luar Jawa, khususnya Lampung. Perusahaan ini berstatus PMA. Areal perkebunan tebu dan pabrik gula PT GMP terletak di Desa Gunung Batin, Lampung Tengah—sekitar 90 km arah utara kota Bandar Lampung.
2. Gambaran Umum PT Gunung Madu Plantation
Luas areal GMP yang dikelola 36.000 ha, dengan luas kebun produksi sekitar 25.000 ha. Sisa lahan di luar kebun produksi merupakan jalan, sungai-sungai, kawasan konservasi, bangunan pabrik, perkantoran dan permukiman karyawan. Selain itu ada sekitar 4.000 ha areal tebu rakyat yang bermitra dengan PT GMP. Luas areal tebu rakyat ini masih akan terus berkembang.
Topografi wilayah pada umumnya datar. Sepanjang bentang darat dijumpai adanya lebung yang potensial sebagai tandon air dan beberapa sungai cukup besar melintas di wilayah timur. Jenis tanah termasuk ultisol (podsolik merah kuning) dengan lapisan top soil sangat tipis. Sifat fisik dan kimia tanah mengharuskan diterapkannya teknologi budidaya yang tepat dan bijaksana.
Curah hujan tahunan sekitar 2.700 mm. Musim tebang dan giling dilaksanakan dari bulan April sampai Oktober, bersamaan dengan periode yang relatif kering.Musim tebang dan giling pertama dilaksanakan tahun 1978. Pabrik mengikuti proses sulfitasi ganda untuk menghasilakan gula SHS. Kapasitas giling terpasang mula-mula sebesar 4.000 TCD (ton tebu per hari), kemudian mulai tahun 1994 diperbesar secara bertahap menjadi 12.000 TCD. Sejak 2007 mulai dikembangkan lagi menuju 16.000 TCD.
Teknologi maju diterapkan di kebun dan di pabrik, termasuk pemanfaatan alat mesin pertanian secara luas serta otomatisasi di beberapa stasiun di pabrik. Sekalipun demikian sejumlah 8.000 – 10.000 pekerja tetap terserap setiap harinya selama musim tebang dan giling.
B. Komoditas yang Diusahakan dan
Proses Pemeliharaan
1. Data Komoditas dan Teknik Budidaya
Pola tanam : Monokultur
Varietas/Klon : RGM97-8752 dan RGM97-10120
Jarak tanam : 80cmx130cm
Frekuensi pemupukan : Satu kali dalam setahun (dilakukan setelah tanaman berumur 2,5 bulan)
Jenis pupuk : KCL, TSP, Urea,pupuk tebu Dolomite
Teknik pemupukan : Membuat lubang menggunakan tugal sedalam 5-7 cm atau membuat larikan sedalam 5-7 cm dengan cara ditabor.
Komoditas perkebunan : Tebu RGM97-8752 dan RGM97-10120
.
2. Penanaman
Penanaman dimulai dengan program penataan varietas yang baik dan bijaksana. Bibit yang sehat dan memiliki penangkaran tinggi mutlak diperlukan dan berasal dari kebun bibit dataran (KBD) yang ditanam pada bulan Oktober, Nopember dan Desember. Menanam tebu untuk produksi, idealnya dilakukan pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Semenjak Gunung Madu memulai usahanya bermacam-macam jarak tanam sudah dicoba. Tujuannya, kecuali untuk mendapatkan populasi tanaman yang wajar juga untuk menghindarkan tunggul tanaman terinjak oleh alat mesin pertanian, baik yang digunakan untuk kultivasi maupun untuk tebang angkut. Jarak tanam yang relatif aman untuk semua Alsintan adalah dengan jarak 80cm dan 130cm.
3. Pembibitan
Pembibitan dilakukan dengan langkah-langkah berikut;
a. Lakukan seleksi bibit di luar kebun
b. Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin. Bibit stek + 70.000 per ha.
c. Sebelum ditanam, permukaan potongan direndam dahulu dengan POC NASA dosis 2 tutup + Natural GLIO dosis 5 gr per 10 liter air.
d. Sebelum tanam, juringan harus diari untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran hancur dan halus.
Bibit yang telah berumur 7-8 bulan dari KBD, dipotong bagian pangkal batang dan pucuknya menggunakan golok yang sudah diolesi lysol 20%, bidang potong pangkal diusahakan rata dengan tanah. Bibit tebu sebanyak 30 batang diikat dengan menggunakan daun pucuk kemudian dimuat ke atas truk (dengan muatan tidak lebih dari 5 ton) dan diangkut ke petak tanam. Interval waktu antara tebang dan angkut tidak diperkenankan lebih dari satu hari.
loading...
Pada alur tanam yang telah dibuat, diaplikasikan dolomit sebanyak 1 ton/ha, selanjutnya bibit didistribusikan di petak tanam. Truk yang membawa bibit langsung memasuki petak kebun yang sudah siap ditanami, dengan titik masuk berselang setiap 20 alur tanam, dan sebanyak 11 ikat bibit diturunkan dari truk dengan selang setiap 25 meter panjang alur tanam. Batang-batang tebu bibit yang telah diturunkan dari truk, diecer satu persatu di dasar alur tanam. Batang satu tumpang tindih 25% dengan batang lainnya, bagian pangkal batang tumpang tindih dengan bagian pucuk bibit.
4. Pengelolaan LCC
LCC (Legum Cover Crop)
Jenis LCC yang digunakan : Jenis LCC yang ditanam yaitu tanaman Benguk
.Penanaman LCC : Penanaman dilakukan setelah 3 kali panen.Setelah 3 kali panen dilakukan pembongkaran lahan dan kemudian ditanami tanaman benguk unutk memperbaiki unsur hara tanah.
5. Gulma dan Pengendaliannya
Gejala kerusakan tebu akibat kompetisi gulma tidak tampak segera, sehingga pengendalian gulma sering terlambat dan tanaman sudah memasuki periode kritis yang berakibat negatif terhadap pertumbuhan dan berujung terhadap penurunan produksi. Periode kritis merupakan periode pertumbuhan tebu yang peka terhadap kompetisi gangguan gulma. Pengelompokan Gulma. Gulma yang berkompetisi dengan tanaman tebu dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar antara lain :
a. Gulma Berdaun Sempit, Gulma-gulma berdaun sempit yang dominan berkompetisi dengan tebu adalah kelompok rumput-rumputan dan alang-alang, serta teki.
b. Gulma Berdaun Lebar, Gulma-gulma berdaun lebar yang berkompetisi dengan tebu adalah seperti Borreria Latifolia, Ageratum Conyzoides, Controsema Pubecens.
1. Gulma Merambat, Gulma golongan merambat yang berkompetisi dengan tebu adalah Momordica Carantia (pare-pare), Mekania Micranta (rayutan) dan lain-lain.
2. Strategis pengendalian gulma yang dilakukan di PT Gunung Madu Plantation dikenal dengan istilah:
a. Pre Emergance, (penyemprotan pra tumbuh) Penyemprotan pre emergance (pra tumbuh) dapat dilakukan pada saat tanaman umur 1 sanpai 7 hari setelah tanam (tanaman belum tumbuh) Plant Cane (RPC) atau Ratoon Cane (RC), dengan menggunakan Boom Sprayer.
b. Post Emergance (penyemprotan purna tumbuh), Penyemprotan Post Emergence (purna tumbuh) dapat dilakukan pada semua kategori tanaman berumur dua setengah bulan dengan menggunakan knapsack sprayer atau umur tanaman dibawah 2,5 bulan.
c. Hand Weeding (weeding rayutan), Pengendalian gulma secara manual (Hand Weeding) hanya bersifat temporer seperti : gagal spraying pada pinggir petak, atau pun pada areal-areal siap panen dimana gulma merambatnya sangat padat sehingga mempersulit proses tebang dan angkut (Harvesting). Proses weeding ini dapat dilakukan dengan cara mencabut semua jenis gulma yang merambat yang berada dalam areal pertanaman, dan hasil pencabutan ini dikumpulkan dipinggir areal.
6. Hama dan penyakit pada tanaman tebu dan pengendaliannya
Beberapa macam hama yang sering dijumpai pada tanaman tebu adalah penggerek pucuk, pengerek batang, kutu bulu putih, dan tikus.
a. Hama Penggerek Pucuk dan batang biasanya menyerang mulai umur 3 – 5 bulan.
b. Pengendalian dengan musuh alami Tricogramma sp dan lalat Jatiroto, semprot PESTONA / Natural BVR
c. Hama Tikus,pengendalian dengan gropyokan, musuh alami yaitu : ular, anjing atau burung hantu
d. Penyakit Fusarium Pokkahbung, Penyebab jamur Gibbrella moniliformis. Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan pertumbuhan terhambat, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi pembusukan dari daun ke batang. Pengendalian dengan penyemprotan dengan 2 sendok makan Natural GLIO + 2 sendok makan gula pasir dalam tangki semprot 14 atau 17 liter pada daun-daun muda setiap minggu, pengembusan tepung kapur tembaga ( 1 : 4 : 5 )
e. Penyakit Dongkelan
Penyebab jamur Marasnius sacchari, yang bias mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala, tanaman tua sakit tiba-tiba, daun mengering dari luar ke dalam. Pengendalian dengan cara penjemuran dan pengeringan tanah, harus dijaga, sebarkan Natural GLIO sejak awal.
f. Penyakit Nanas, Disebabkan jamur Ceratocytis paradoxa. Menyerang bibit yang telah dipotong. Pada tapak (potongan) pangkas, terdapat warna merah yang bercampur dengan warna hitam dan menyebarkan bau seperti nanas. Bibit tebu direndam dengan POC NASA dan Natural GLIO.
g. Penyakit Blendok, Disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas albilincans Mula-mula muncul pada umur 1,5-2 bulan setelah tanam. Daun-daun klorotis akan mengering, biasanya pada pucuk daun dan umumnya daun-daun akan melipat sepanjang garis-garis tadi. Jika daun terserang hebat, seluruh daun bergaris-garis hijau dan putih. Rendam bibit dengan air panas dan POC NASA selama 50 menit kemudian dijemur sinar matahari.
h. Pengendalian dengan menggunakan Natural GLIO sejak awal sebelum tanam untuk melokalisir serangan.
C. Panen
Awalnya proses panen dilakukan dengan sistem tebang tebu hijau. Akan tetapi banyak hambatan alami yang harus dihadapai sehingga akhirnya di ubah menjadi sistem tebu bakar. Panen tebu dilakukan dengan armada angkutan Bundle Cane berupa unit Colt Diesel dengan kapasitas angkut ± 7 ton per rit. Disisi lain, terdapat insentif khusus yang diberikan kepada tenaga tebang apabila kualitas tunggak tebu terjaga, atau dengan kata lain agar kualitas tebangan mempet tanah, yakni sebesar Rp. 1.000,- per Ton, dengan biaya dibebankan kepada petani mitra. Pemberian insentif tentunya akan memberikan beberapa keuntungan sbb :
a. Minimalisasi Biaya Stable Seiving
b. Menekan Cane Wastage
c. Optimalisasi Kuantitas Tebu Terpanen
d. Pertumbuhan tunas anakan tebu baru relatif lebih baik
Teknologi maju diterapkan di kebun dan di pabrik, termasuk pemanfaatan alat mesin pertanian secara luas di kebun, serta pemanfaatan teknologi instrumentasi di pabrik. Sekalipun demikian sejumlah 8,000 orang lebih tenaga kerja masih dapat diserap setiap harinya selama musim tebang dan giling.
Jumlah produksi
Tingkat produksi kini mencapai rata-rata 2.0 juta ton tebu dan sekitar 180,000 ton gula per tahun. Sebelum memiliki instalasi hilir yang terintegrasi, hasil samping berupa tetes (molasses) dijual langsung ke sektor industri hilir di luar. Ampas tebu atau bagasse dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan bakar ketel, yang selanjutnya menghasilkan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan internal di sektor produksi dan domestik hampir di sepanjang tahun (di dalam Emaupun di luar musim giling). Jaringan distribusi listrik internal ini telah menjangkau hampir seluruh sentra kegiatan di kawasan perkebunan hingga radius 30 km dari pusat pembangkit di pabrik. Sebagian dari kelebihan ampas kemudian dicampur blotong (buangan dari stasiun penjernihan nira) dan abu ketel, untuk dikembalikan ke kebun sebagai pemulih kandungan bahan organik tanah, baik setelah melalui proses pengomposan ataupun melalui aplikasi secara langsung
.IV TENAGA KERJA
PT. Gunung Madu Plantation memiliki jumlah tenaga kerja antara lain :
a.
Karyawan tetap, Karyawan tetap berjumlah
1800 orang, merupakan tenaga kerja bulanan yang bekerja pada perusahaan dengan
menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain dan mempunyai jangka waktu kerja
tidak tertentu dan melaksanakan tugas yang diberikan pengusaha sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku serta termasuk dalam struktur tetap
perusahaan.
b. Karyawan musiman, Pekerja musiman berjumlah 8000 orang yaitu pada musim tebang dan giling merupakan pekerja yang diterima bekerja untuk jangka waktu tertentu selama musim tanam atau musim tebang dan giling, mendapat upah dan pembayaran mingguan dan oleh karena itu tidak termasuk dalam struktur karyawan tetap.
c. Karyawan harian, Pekerja harian berjumlah 2000 orang. mendapat upah dan pembayaran harian dan oleh karena itu tidak termasuk dalam struktur karyawan tetap maupun musiman.
b. Karyawan musiman, Pekerja musiman berjumlah 8000 orang yaitu pada musim tebang dan giling merupakan pekerja yang diterima bekerja untuk jangka waktu tertentu selama musim tanam atau musim tebang dan giling, mendapat upah dan pembayaran mingguan dan oleh karena itu tidak termasuk dalam struktur karyawan tetap.
c. Karyawan harian, Pekerja harian berjumlah 2000 orang. mendapat upah dan pembayaran harian dan oleh karena itu tidak termasuk dalam struktur karyawan tetap maupun musiman.
B. Jadwal kerja
Terdapat 2 macam pembagian waktu kerja dalam kegiatan perusahaan ini yaitu:
a. Shift, Terdapat 3 shift dengan masing-masing waktu jam kerja 8 jam Shift tersebut terbagi atas.
1) Shift pagi jam kerja dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 14.00 siang
2) Shift siang jam kerja dimulai dari pukul 14.00 sampai pukul 22.00 malam.
3) Shift malam jam kerja dimulai dari pukul 22.00 sampai pukul 06.00 pagi
b. Non shift, yaitu pukul 07.30-16.00 dengan waktu istirahat 1,5 jam dengan jumlah waktu kerja sebanyak 7 jam
loading...
V PEMASARAN
Pemasaran gula putih PT. Gunung Madu Plantations yang meliputi empat unsur yaitu produk, harga, promosi, dan lokasi/distribusi, menunjukkan dalam penerapannya kurang maksimal.
Produknya yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan berupa gula putih dan ada beberapa macam yaitu berukuran 50 kg, 2 kg, 1 kg dan 0.5 kg Harga produk PT. Gunung Madu Plantations adalah Rp. 11.750,-/kg.
Promosi dan saluran pemasaran
Promosi yang dilakukan perusahaan hanya dengan promosi langsung melalui Gathering, sedangkan saluran pemasarannya dilakukan secara langsung. PT. Gunung Madu Plantations berdasarkan matrik BCG berada pada posisi dogs yang menunjukkan bahwa pertumbuhan pasar yang masih rendah yaitu -13,8%. Produk yang dihasilkan langsung disalurkan melalui distributor resmi dari PT Gunung Madu Plantation.
VI KESIMPULAN
1. PT Gunung Madu Plantations (GMP), yang didirikan pada tahun 1975, merupakan pelopor usaha perkebunan dan pabrik gula di luar Jawa, khususnya Lampung..
2. Komoditas yang diusahakan di PT Gunung Madu Plantation adalah tebu yang nantinya bentuk produksi berupa Gula putih.
3. Penanggulangan gulma dilakukan dengan 3 cara yaitu Pre emergence, Post emergence dan hand weeding.
4. Panen tebu dilakukan dengan armada angkutan Bundle Cane berupa unit Colt Diesel dengan kapasitas angkut ± 7 ton per rit.
5. Pemasaran dilakukan melalui promosi dan distributor resmi dari PT Gunung Madu Plantation.
DAFTAR PUSTAKA
Pramana, G. 2010. Manajemen Pembibitan dan Penanaman Tebu. Diakses melaluihttp://www.deptan.go.id. Pada tanggal 4 Mei 2015.
Setiawan, D.H. dan A, Andoko. 2009. Petunjuk Lengkap Budidaya Tebu. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Wijayanti, 2008. Budidaya dan Pengelolaan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Tjokroadikoesoemo.dan Baktir, 2005. Budidaya Tanaman Tebu. USU Press, Medan.
Supriyadi, 1992. Tebu Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tag :
perkebunan
0 Komentar untuk " IDENTIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN TEBU DI PT GUNUNG MADU PLANTATION"