Translate

Pengelolaan Kelapa Sawit Indonesia petani plasma dan rakyat di Lampung Tengah kecamatan Bangun Rejo


Penanaman kelapa sawit dimulai tahun 1995 yaitu oleh kebun plasma oleh PTPN Bekri. Dengan kemitraan, petani plasma tersebut mengelola kebun dengan sarana dan prasarana produksi dari kemitraan. Hasil panen kebun petani plasma dijual ke mitra. Petani memutuskan untuk mulai tanam mandiri sejak tahun 2000. Sebelum tanam sawit petani dulunya menanam tanaman palawija. Saat ini banyak petani menanam kelapa sawit kebanyakan karena merasa pengelolaan kelapa sawit yang tidak sulit dan tidak harus setiap hari kerja, karena hanya untuk pemupukan dilakukan setahun 2 kali, dan panen 2 minggu sekali. Produk dijual ke PT. Kalirejo.

Rata-rata saat ini petani kelapa sawit di daerah ini adalah petani plasma 20% mitra dengan menjual ke PT. Kalirejo dan sisanya petani mandiri sekitar 80%. Rata-rata kepemilikan lahan sawit mandiri 2-3 ha. Dari total petani, petani kelapa sawit cenderung mendominasi, banyak juga yang petani sawah, dagang, maupun buruh. Modal yang dibutuhkan petani mandiri untuk tanam sawit 1 ha sekitar Rp 30 juta. Petani pemilik lahan sendiri lebih sering mengupah buruh tani untuk mengelola kebun kelapa sawitnya, seperti pemupukan dan panen. Upah buruh pemupukan Rp 60 ribu/HKO. Pemupukan dilakukan kurang intensif, kadang 6 bulan sekali, kadang setahun sekali, tergantung kondisi keuangan pemilik kebun. Pupuk diperoleh dengan beli sendiri, atau dari agen, begitu juga obat perawatannya. Ada juga petani yang meminjam modal pemupukan dari agen (pupuk/uang). Pengembalian modal menyicicil dari hasil panen. 

loading...

Panen dilakukan 20 hari sekali dengan bobot rata-rata 1-2 ton/ha. Upah 1 buruh panen Rp 150 ribu/HKO. Panen dilakukan per hektare bisa dalam 1 hari dengan 2 orang buruh panen. Panen dijual ke agen dengan sistem pengangkutan dari kebun ke lapak agen meggunakan mobil/truk kemudian ke lapak supplier lalu ke pabrik dengan biaya angkut ditanggung oleh masing-masing agen. Harga saat ini yang diterima petani sebesar Rp 1.355/kg TBS. Harga terendah yang pernah diterima petani Rp 450/kg TBS dan harga tertinggi yang pernah diterima petani Rp 1.700/kg TBS.

Sumbangan sawit terhadap pendapatan petani cukup besar yaitu mencapai 70%, artinya sawit menjadi sumber pendapatan penting petani. Pendapatan lain petani didapat dari dagang, buruh, ataupun usaha lainnya untuk mencukupi keperluan keluarga. Menurut petani untuk dapat hidup layak (cukup) hanya dengan kelapa sawit, petani harus memiliki lahan minimal 5 ha. Serapan tenaga kerja kebun kelapa sawit cenderung rendah, dengan TKDK 1 atau 2 orang, TKLK 2 sampai 3 orang untuk 1 hektare kebun kelapa sawit. Sehingga petani kelapa sawit mandiri pasti bekerja selain pada kelapa sawit seperti dagang, buruh, dll.

Terdapat kelompok tani namun tidak khusus hanya untuk kelapa sawit mandiri, koperasi yang ada pun tidak berperan banyak dalam pengusahaan kelapa sawit mandiri. Masih banyak kendala yang dihadapi petani kelapa sawit terlebih dalam manajemen usahatani yang buruk, selain itu kesulitan air ketika kemarau melanda, kualitas bibit kelapa sawit rendah, ketersediaan pupuk saat akhir tahun sulit, dan tidak stabilnya harga kelapa sawit apalagi harga yang diterima petani cenderung masih rendah.

BACA JUGA ARTIKEL INI
loading...


0 Komentar untuk "Pengelolaan Kelapa Sawit Indonesia petani plasma dan rakyat di Lampung Tengah kecamatan Bangun Rejo"

Back To Top