Penanaman kelapa sawit dimulai tahun
1992 yaitu oleh kebun plasma oleh PT. SIP (Sumber Indah Perkasa). Dengan
kemitraan, petani plasma tersebut dengan sarana dan prasarana produksi dari
kemitraan. Hasil panen kebun petani plasma dijual ke mitra. Terdapat beberapa
pabrik plasma diantaranya PT. SIP, PT. BW, dan ada juga pabrik yang bermasalah
yaitu PT. Prima Alumga, dan PT. BSMI. Lokasi kebun plasma cenderung berkumpul
di satu tempat, sehingga banyak petani yang tidak ikut serta plasma memutuskan
untuk mulai tanam mandiri sejak tahun 2000. Sebelum tanam sawit petani dulunya
menanam tanaman palawija. Petani menanam kelapa sawit kebanyakan karena merasa
pengelolaan kelapa sawit yang tidak sulit dan tidak harus setiap hari kerja, karena
hanya untuk pemupukan dilakukan setahun 2 kali, dan panen 2 minggu sekali.
Rata-rata saat ini petani kelapa sawit di daerah ini adalah petani plasma 20-30%
dan sisanya petani mandiri. Rata-rata kepemilikan lahan sawit mandiri 1-2 ha.
Dari total petani, petani kelapa sawit cenderung sedikit mendominasi, banyak
yang petani karet, kakao, maupun buruh di sawit plasma maupun non sawit. Modal
yang dibutuhkan petani mandiri untuk tanam sawit 1 ha sekitar Rp 30 juta.
Petani pemilik lahan sendiri lebih sering mengupah buruh tani untuk mengelola
kebun kelapa sawitnya, seperti pemupukan dan panen. Upah buruh pemupukan Rp 60
ribu/HKO. Pemupukan dilakukan kurang intensif, kadang 6 bulan sekali, kadang
setahun sekali, tergantung kondisi keuangan pemilik kebun. Pupuk diperoleh
dengan beli sendiri, atau dari agen, begitu juga obat perawatannya. Ada juga
petani yang meminjam modal pemupukan dari agen (pupuk/uang). Pengembalian modal
menyicicil dari hasil panen. Panen dilakukan 15 hari sekali dengan bobot rata-rata
1-2ton/ha. Upah 1 buruh panen Rp 150 ribu/HKO. Panen dilakukan per hektare bisa
dalam 1 hari dengan 2 orang buruh panen. Panen dijual ke agen dengan sistem
pengangkutan dari kebun ke lapak agen meggunakan mobil/truk kemudian ke lapak
supplier lalu ke pabrik dengan biaya angkut ditanggung oleh masing-masing agen.
Harga saat ini yang diterima petani sebesar Rp 1.110/kg TBS. Harga terendah yang
pernah diterima petani Rp 450/kg TBS dan harga tertinggi yang pernah diterima
petani Rp 1.700/kg TBS.
Sumbangan sawit terhadap pendapatan
petani sekitar 40-50%, artinya sawit tidak menjadi sumber pendapatan pokok
petani. Pendapatan lain petani didapat dari dagang, buruh, ataupun usaha
lainnya untuk mencukupi keperluan keluarga. Menurut petani untuk dapat hidup
layak (cukup) hanya dengan kelapa sawit, petani harus memiliki lahan minimal 5
ha. Serapan tenaga kerja kebun kelapa sawit cenderung rendah, dengan TKDK 1
atau 2 orang, TKLK 2 sampai 3 orang untuk 1 hektare kebun kelapa sawit.
Sehingga petani kelapa sawit mandiri pasti bekerja selain pada kelapa sawit
seperti dagang, buruh, dll.
loading...
Terdapat kelompok tani namun tidak khusus hanya
untuk kelapa sawit mandiri, koperasi yang ada pun tidak berperan banyak dalam
pengusahaan kelapa sawit mandiri. Masih banyak kendala yang dihadapi petani
kelapa sawit terlebih dalam manajemen usahatani yang buruk, selain itu
kesulitan air ketika kemarau melanda, kualitas bibit kelapa sawit rendah,
ketersediaan pupuk saat akhir tahun sulit, dan tidak stabilnya harga kelapa
sawit apalagi harga yang diterima petani cenderung masih rendah.
0 Komentar untuk "Pengelolaan Kelapa Sawit di Kabupaten Mesuji, Kec desa pematang provinsi Lampung"