1.1 Latar
Belakang
Dewasa
ini usaha kecil merupakan salah satu penyumbang ekonomi Indonesia. Usaha kecil adalah
usaha ekonomi poduktif yang mandiri, berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan kriteria memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000.
Begitu
banyak usaha kecil yang mulai dilakukan oleh penduduk Indonesia. Usaha kecil di
bidang makanan telah merajarela di tiap-tiap provinsi di Indonesia. Inovasi
makanan dari berbagai macam bahan bermunculan. Inovasi ini tentunya muncul
karena adanya produsen bahan mentah. Produsen bahan mentah yaitu petani pun
mulai mengembangkan sayapnya pada berbagai macam bahan pangan. Salah satunya
adalah bahan jamur tiram yang dewasa ini banyak mendapat banyak perhatian
karena rasa dan manfaatnya. Pada tulisan ini akan membahas tentang identifikasi
pengusaha kecil di bidang pertanian, yaitu usaha kembang biak jamur tiram.
1.2
Tujuan
loading...
Adapun tujuan dari tugas terstruktur ini adalah :
1.
Mengidentifikasikan usaha kecil
2.
Mengetahui hambatan yang dialami oleh wirausahawan
3.
Mendeskripsikan karakteristik wirausahawan yang dimiliki
II.
DESKRIPSI USAHA
2.1 Deskripsi Usaha
Nama Usaha : -
Nama Pemilik :H. Busthomi
Ismail Balau, SH
No. Telepon : 0821-8381-3252
Alamat : Jl. Prajurit 1 no.7 Tj. Baru,
Sukabumi, Bandar Lampung
Jenis Usaha : Produsen
Jamur Tiram
Periode Usaha : Sejak tahun 2011
– hingga sekarang
(4tahun)
Modal dan Kekayaan Bersih : Rp 15.000.000,00
Kelembagaan : Perusahaan
Kecil
Kegiatan Usaha :
Produsen dan pemasaran
Pekerja Tetap : 1 orang
2.2
Tenaga Kerja
Usaha kecil yang dijalankan oleh
Bapak Busthomi ini hanya menggunakan 1 tenaga kerja tetap dengan biodata
sebagai berikut:
No
|
Nama
|
Umur (Tahun)
|
Posisi (Tugas)
|
Pendidikan
|
Lama Kerja
|
1
|
Burhan
|
50
|
Petani dan Pemasaran
|
SD
|
4 tahun
|
Bapak Busthomi pun menggunakan 2-3 orang tenaga kerja tak
tetap pada saat masa pembuatan baklok. Tenaga kerja tidak tetap tersebut
direkrut dari masyarakat laki-laki yang ada disekitar daerah tempat usahanya
tersebut.
2.3 Pembahasan
Usaha dijalani Bapak Busthomi ini
diawali oleh keisengan semata. Peluang bisnis, yang saat itu masih jarang
digandruingi oleh orang-orang digunakannya dengan baik. Pada tahun 2011, dengan
bermodalkan uang Rp.5.500.000,- yaitu untuk pembelian 2.000 baklok jamur
sebesar Rp. 5.000.000,- dan alih fungsi kandang ayam menjadi rumah jamur
sebesar Rp. 500.000,- menjalankan usaha jamur tiram tersebut. Pada saat itu ia
hanya menggunakan 1pekerja, yaitu untuk menjadi petani sekaligus pemasaran.
Modal yang dikeluarkannya itu kembali hanya dalam 4 bulan yang kemudian
digunakan untuk pengembangan usahanya.
loading...
Awal tahun ke-2 Bapak Busthomi menanam modal Rp. 8.000.000,- lagi untuk membuat rumah jamur baru dengan teknologi yang lebih memadai. Rumah jamur yang baru ini dapat menampung lebih banyak baklok jamur. Modal awal dan keuntungan yang didapat di tahun pertama digunakan untuk pembuatan 7.000 baklok jamur. Pada tahun ke-2 Bapak Busthomi telah berhasil membuat baklok jamurnya sendiri dengan biaya produksi lebih rendah. Perbandingan harga baklok produksi sendiri dan baklok hasil beli kurang lebih 7:10.
Pada saat ini usia usaha Bapak
Busthomi ini sudah memasuki umur yang ke-4. Modal yang dikeluarkan oleh Bapak
Busthomi di tahun pertama dan tahun ke-2 sudah kembali. Dapat diibaratkan
usahanya saat ini hanya tinggal memetik buahnya. Konsumen Bapak Busthomi pun
masih mempercayainya hingga saat ini, bahkan permintaan jamur tiram produksinya
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan harga jual jamur tiram produksi
terbilang sangat murah. Produsen jamur tiram disekitar Bandar Lampung saat ini
mematok harga Rp. 12.000,-/kg terpaut Rp. 2.000,-/kg dengan harga penjualan
jamur tiram produksinya. Sehingga Bapak Busthomi juga dikenal produsen jamur
lain. Acap kali produsen jamur lain membeli produksinya untuk memenuhi
permintaan pasar mereka.
Walaupun harga penjualannya terbilang
cukup murah, namun keuntungan yang diraup oleh Bapak Busthomi tidaklah kecil,
bersih Rp. 12.000.000,- dikantonginya untuk satu kali musim produksi atau
setengah tahun. Angka ini cukup besar apabila dibandingkan dengan pekerjaannya
yang dapat dibilang mudah. Menjalankan bisnis jamur tiram ini, yang dilakukan
Bapak Busthomi hanyalah me-manage
pekerjanya. Ia yang mencari ilmu, lalu menularkan pada pekerjanya, selanjutnya
pekerjalah yang menjalankan tugas tersebut. Contohnya, dialah yang mengajari
bagaimana membuat baklok, memasarkan produk, serta merawat jamur agar hasilnya
selalu maksimal, namun yang melaksanakan tugas membuat baklok, memasarkan
produk, dan merawat jamur bukanlah dia.
2.4
Kendala
Adapun kendala yang dihadapi oleh
Bapak Busthomi adalah susahnya mencari tenaga kerja tak tetap serta musim
kemarau yang membuat jamur tidak berproduksi maksimal.
2.5
Karakteristik Wirausahawan
Karakteristik wirausahawan yang
dimiliki Bapak Busthomi jika dilihat dari kendala yang dialami dan dihubungkan
dengan teori Wiryasaputra (2004) adalah orang yang positive, visionary, confident, persisten, ready to face risk,
creative, serta healthy competitor.
Pada awal ia memulai usahanya, jamur tiram belum memiliki pasar yang luas
seperti saat ini, namun dengan karakternya yang ready to face risk, confident,
serta positive dalam membaca
peluang akhirnya ia memutuskan untuk membuka usahanya. Walaupun usahanya
diawali dengan keisengannya, namun bukan berarti Bapak Busthomi bukanlah orang
yang visionary, sejak mengawali
usahanya ia sudah memiliki visi-misi tersendiri, dan akhirnya pada tahun ke-4
ia dapat dikatakan hanya memetik hasil dari usaha-usaha yang ia lakukan
sebelumnya. Pada tahun pertama, ia sempat merasa kesulitan. Saat itu ia
memproduksi pada saat musim kemarau. Jamur tiramnya tidak berproduksi maksimal.
Walaupun begitu ia tetap melanjutkan usahanya, sehingga dapat dibilang Bapak
Busthomi adalah orang yang persistent.
Pada tahun kedua, ia mulai
mempelajari cara membuat sendiri baklok jamur, membuat sistem pembuatan baklok
pada musim kemarau dan produksi hanya pada musim hujan untuk mengatasi masalah
musim tanam yang ia hadapi. Bapak Busthomi juga membuat sistem penggajian yang
berbeda antara pekerja tetap dan tak tetap yang ia sewa. Pekerja tetap
mendapatkan insentive untuk tiap
penjualan yang ia lakukan, sedangkan pekerja tak tetap mendapatkan upah yang
dihitung harian dengan waktu kerja 7jam/hari. Hal ini menunjukan bahwa Bapak
Busthomi orang yang creative dalam
membuat sistem usahanya. Sistem yang ia buat membuat pekerja tetapnya memiliki
semangat kerja yang konstan, serta pekerja tak tetapnya puas dengan upah yang
sesuai dengan pekerjaannya.
Bapak Busthomi juga memiliki karakter
healthy competitor. Sejak membangun
usahanya, ia telah memiliki pasar tersendiri untuk memasarkan produknya. Pada
saat ini, walaupun harga jual yang ia tawarkan pada konsumen jauh dibawah para
pesaingnya, hal ini bukan untuk menjatuhkan pesaingnya. Bapak Busthomi yang
telah memiliki konsumen tetap tersendiri pun tidak pernah mencoba membuat jelek
citra pesaingnya dengan kata maupun perbuatan yang ia lakukan.
III.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari
tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Bapak Busthomi melakukan
usaha jamur tiram sejak tahun 2011 hingga sekarang. Bapak Busthomi mengeluarkan
modal awal sebesar Rp. 5.500.000,- dan penambahan modal Rp. 8.000.000,-, pada
tahun ke-3 modalnya sudah didapatnya kembali dan pada ke-4 ia hanya memutarkan
uang keuntungannya saja untuk usahanya. Sejak awal Bapak Busthomi hanya
memiliki 1 tenaga kerja tetap, dan pada tahun ke-2 ia mulai menywa tenaga kerja
tak tetap untuk membantuk membuat baklok/media jamur tiram.
2. Kendala atau hambatan yang
dialami oleh Bapak Busthomi adalah kendala musim. Musim kemarau yang membuat
produksi jamur tiram menurun menjadi hambatan awal usahanya.
3. Karakteristik wirausahawan
yang dimiliki Bapak Busthomi jika dilihat dari kendala yang dialami dan
dihubungkan dengan teori Wiryasaputra (2004) adalah orang yang positive, visionary, confident, persisten,
ready to face risk, creative, serta healthy
competitor.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 2012. Karakter Kewirausahaan. https://keepspiritformylife.blogspot.com/2012/03/karakter-kewirausahaan.html. Diakses pada 30 Maret
2015 pukul 20.40 WIB.
Anonim B. 2012. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). https://UU_UMKM_20_Tahun_2008.pdf. Diakses pada 30 Maret 2015 pukul 20.45
WIB.
loading...
Tag :
kewirausahaan
0 Komentar untuk "Contoh Makalah Penelitian Identifikasi Usaha Kecil (Usaha Jamur Tiram)"