Modal
sosial (social capital) dapat didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerja
bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok. (Fukuyama,
1992).
Adapun
Cox (1995) mendefinisikan, modal sosial sebagai suatu rangkaian proses hubungan
antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma, dan kepercayaan sosial
yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk
keuntungan dan kebajikan bersama.
Partha
dan Ismail S. (1999) mendefinisikan, modal sosial sebagai hubungan-hubungan
yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan
sosial dalam masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial
(social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama.
Solow
(1999) mendefinisikan, modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau
norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan
kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk menghasilkan kontribusi
besar terhadap keberlanjutan produktivitas.
Adapun
menurut Cohen dan Prusak L. (2001), modal sosial adalah sebagai setiap hubungan
yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian
(mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat
anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara
efisien dan efektif.
Hasbullah
(2006) menjelaskan, modal sosial sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan
kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang
lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur
utamanya sepetri trust (rasa saling mempercayai), keimbal-balikan,
aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya.
B. Dimensi Modal
Sosial
Adler
dan Kwon (2000) menyatakan, dimensi modal sosial adalah merupakan gambaran dari
keterikatan internal yang mewarnai struktur kolektif dan memberikan kohesifitas
dan keuntungan-keuntungan bersama dari proses dinamika sosial yang terjadi di
dalam masyarakat.
Dimensi
modal sosial inheren dalam struktur relasi sosial dan jaringan sosial di dalam
suatu masyarakat yang menciptakan berbagai ragam kewajiban sosial, menciptakan
iklim saling percaya, membawa saluran informasi, dan menetapkan norma-norma,
serta sangsi-sangsi sosial bagi para anggota masyarakat tersebut (Coleman,
1999).
Namun
demikian Fukuyama (1995, 2000) dengan tegas menyatakan, belum tentu norma-norma
dan nilai-nilai bersama yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak, dan
bertingkah-laku itu otomatis menjadi modal sosial. Akan tetapi hanyalah
norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dibangkitkan oleh kepercayaan (trust).
Dimana trust ini adalah merupakan harapan-harapan terhadap keteraturan,
kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas
masyarakat yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama oleh para
anggotanya. Norma-norma tersebut bisa berisi pernyataan-pernyataan yang berkisar
pada nilai-nilai luhur (kebajikan) dan keadilan.
C. Tipologi
Modal Sosial
1.
Modal Sosial Terikat (Bonding Social Capital)
Modal
sosial terikat adalah cenderung bersifat eksklusif (Hasbullah, 2006). Apa yang menjadi karakteristik dasar yang melekat
pada tipologi ini, sekaligus sebagai ciri khasnya, dalam konteks ide, relasi
dan perhatian, adalah lebih berorientasi ke dalam (inward looking) dibandingkan
dengan berorientasi keluar (outward looking). Ragam masyarakat yang menjadi
anggota kelompok ini pada umumnya homogenius (cenderung homogen).
2. Modal Sosial yang Menjembatani (Bridging
Social Capital)
Mengikuti
Hasbullah (2006), bentuk modal sosial yang menjembatani ini biasa juga disebut
bentuk modern dari suatu pengelompokan, group, asosiasi, atau masyarakat.
Prinsip-prinsip pengorganisasian yang dianut didasarkan pada prinsip-prinsip
universal tentang: (a) persamaan, (b) kebebasan, serta (c) nilai-nilai
kemajemukan dan humanitarian
(kemanusiaan, terbuka, dan mandiri).
loading...
Sebagai konsekuensinya, masyarakat yang menyandarkan pada bridging social capital biasanya heterogen dari berbagai ragam unsur latar belakang budaya dan suku. Setiap anggota kelompok memiliki akses yang sama untuk membuat jaringan atau koneksi keluar kelompoknya dengan prinsip persamaan, kemanusiaan, dan kebebasan yang dimiliki. Bridging social capital akan membuka jalan untuk lebih cepat berkembang dengan kemampuan menciptakan networking yang kuat, menggerakkan identitas yang lebih luas dan reciprocity yang lebih variatif, serta akumulasi ide yang lebih memungkinkan untuk berkembang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang lebih diterima secara universal.
Mengikuti
Colemen (1999), tipologi masyarakat bridging social capital dalam gerakannya
lebih memberikan tekanan pada dimensi fight for (berjuang untuk). Yaitu yang
mengarah kepada pencarian jawaban bersama untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh kelompok (pada situasi tertentu, termasuk problem di dalam
kelompok atau problem yang terjadi di luar kelompok tersebut). Pada keadaan
tertentu jiwa gerakan lebih diwarnai oleh semangat fight againts yang bersifat
memberi perlawanan terhadap ancaman berupa kemungkinan runtuhnya simbul-simbul
dan kepercayaan-kepercayaan tradisional yang dianut oleh kelompok masyarakat. Pada
kelompok masyarakat yang demikian ini, perilaku kelompok yang dominan adalah
sekedar sense of solidarity (solidarity making).
D. Parameter dan
Indkator Modal Sosial
Merujuk
pada Ridell (1997), ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan (trust),
norma-norma (norms) dan jaringan-jaringan (networks).
1.
Kepercayaan
Sebagaimana
dijelaskan Fukuyama (1995), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam
sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan
kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.
Kepercayaan
sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Cox (1995) kemudian mencatat
bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan
sosial cenderung bersifat positif; hubungan-hubungan juga
bersifat
kerjasama. Menurutnya We expect others to manifest good will, we trust our fellow
human beings. We tend to work cooperatively, to collaborate with others in
collegial relationships (Cox, 1995: 5).
2. Norma
Norma-norma
terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan
tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang.
Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar
sekuler seperti halnya kode etik profesional.
Norma-norma
dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan
diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (Putnam, 1993; Fukuyama, 1995).
Norma-norma dapat merupaka pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.
3. Jaringan
Infrastruktur
dinamis dari modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia
(Putnam, 1993). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan
interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.
Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh.
Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka kemudian membangun
inter-relasi yang kental, baik bersifat formal maupun informal (Onyx, 1996).
Putnam (1995) berargumen bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan
memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari
partisipasinya itu.
loading...
E. OPINI
Menurut
penulis, modal sosial adalah kemampuan manusia untuk kerja sama dalam
masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang
oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utamanya seperti trust
(rasa saling mempercayai), aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau
bangsa dan sejenisnya untuk membentuk suatu kualitas dan kuantitas hubungan
sosial yang baik. Dimana kepercayaan ini berisikan harapan-harapan terhadap
keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah
masyarakat yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama oleh para
anggotanya. Selain itu dengan adanya norma-norma pembatas antar hubungan
tersebut, diharapkan hubungan dapat berjalan dengan baik dan tujuan dari
hubungan sosial tersebut dapat tercapai.
Dimensi
sosial merupakan gambaran dari hubungan keterikatan antar individu-individu
yang terikat dalam hubungan sosial. Dimana dalam modal sosial tersebut terdapat
3 parameter yaitu kepercayaan, norma, dan jaringan yang memfasilitasi
komunikasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Adler, P., Kwon S. 2000. Social
Capital: the good, the bad and the ugly. In E. Lesser (Ed). Knowledge and
Social Capital: Foundations and Applications. Butterworth-Heinemmann.
Burt.
R.S. 1992. Excerpt from The Sosial Structure of Competition, in Structure
Holes: The Social Structure of Competition. Cambridge ,
MA and London : Harvard University .
Cohen,
S., Prusak L. 2001. In Good Company: How Social Capital Makes Organization
Work. London :
Harvard Business Pres.
Coleman,
J., 1990. Foundations of Social Theory. Cambridge
Mass: Harvard University Press.
Cox,
Eva. 1995. A Truly Civil Society. Sydney :ABC
Boook.
Fukuyama,
F. 1992. The End of History and The Last Man.
New York :
Free Press
Fukuyama,
F 1995. Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity. New York : Free
Press.
Fukuyama,
F 1995. Social Capital and The Global Economy. Foreign Affairs, 74(5), 89-103.
In Elinor Ostrom and T.K. Ahn. 2003. Foundation of Social Capital. Massachusetts : Edward
Elgar Publishing Limited.
Fukuyama,
F 2000. Social Capital and Civil Society. International Monetary Fund Working
Paper, WP/00/74, 1-8. In Elinor Ostrom and T.K. Ahn. 2003. Foundation of Social
Capital. Massachusetts :
Edward Elgar Publishing Limited.
Hasbullah,
J., 2006. Sosial Kapital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia . Jakarta : MR-United Press.
Ismail
S. 1999. Social Capital A Multifaceted Perspective. Washington DC :
World Bank.
Putnam,
RD (1993), “The Prosperous Community: Social Capital and Public Life, dalam The
American Prospect, Vol.13, halaman 35-42.
Solow,
R. M. 1999. Notes Social Capital and Economic Performance. In Partha D., Ismail
S., 1999. Social Capital A Multifaceted Perspective. Washington DC :
The World Bank.
Woolcock,
M. 1998. Social Capital and Economic Development: Toward a Theoretical
Synthesis and Policy Framework. Theory and Society, 27 (1),151-208. In Elinor
Ostrom and T.K. Ahn. 2003. Foundation of Social Capital. Massachusetts : Edward Elgar Publishing Limited.
loading...
Tag :
Pengembangan Masyarakat
0 Komentar untuk "Makalah Modal Sosial (Pengembangan Masyarakat)"